Sleman, jogjakeren.com – Peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tati Rohayati, M.Hum. mengunjungi Kampung ProKlim Sangurejo, Sleman, Kamis (25/4/2024). Kehadirannya untuk melihat lebih dekat bagaimana agama berperan dalam pelestarian lingkungan hidup. Lulusan Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Jakarta ini juga melakukan wawancara mengenai “Aktivisme Lingkungan dan Identitas Agama: Aktor, Strategi, dan Jaringan”.
Pada Maret 2024 lalu, PPIM menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bagian dari “Religious Environmentalism Actions (REACT)”. FGD yang diadakan di Surabaya ini diikuti oleh para aktivis gerakan lingkungan berbasis kearifan lokal, keagamaan dan kepercayaan. Tujuannya untuk mengoleksi pandangan para aktivis lingkungan berbasis agama, seperti: bentuk keterlibatan, penggunaan identitas agama dan karakter yang berbeda untuk membangun strategi, jaringan dan program kerja dalam aktivisme lingkungan. Salah satu hasil FGD tersebut berupa pernyataan bersama sebagai “Komitmen Pelestarian Lingkungan Hidup yang Berkeadilan dan Berkelanjutan untuk Indonesia“.
Kampung Sangurejo yang dulunya padat, kumuh dan miskin kini berhasil bertransformasi menjadi lebih bersih, hijau, sehat, dan rapi. Menurut H. Suharja, capaian ini telah melalui proses yang panjang bersama masyarakat, gerakan pramuka, ormas Islam dan para akademisi. Sementara itu, ketua Pokdarwis Sangurejo menjelaskan pula berbagai atraksi dan paket-paket wisata yang dapat dinikmati. Tersedia beberapa homestay yang dikelola oleh masyarakat dengan sajian menu kuliner setempat dan buah salak pondoh yang terkenal.
“Takjub saya, kampungnya bersih. Ekoprintnya juga keren. Apalagi ekoprint ini turut meningkatkan pendapatan masyarakat,” ungkap Tati.
Peneliti yang menyukai kajian sejarah dan sosial ini mengamati satu per satu hasil ekoprint ECSA. Selain kain, ekoprint terpampang pula di tumbler, gelas dan dompet. Hasil karya ECSA bahkan telah diterima oleh Hortus Botanicus Leiden Belanda, Universiti Putra Malaysia, Ethiopian Muslims Relief and Development Association (EMRDA), dan Norwegian Church Aid (NCA).
Di samping itu, Tati nampak begitu tertarik akan keterlibatan bapak-bapak dan “Kyai Peduli Sampah” dalam pengelolaan lingkungan di Sangurejo. Padahal urusan bersih-bersih rumah dan sekitarnya biasanya menjadi domain ibu-ibu selain urusan dapur.
Terkait hal tersebut, Atus menambahkan beberapa penjelasan yang erat hubungan dengan agama Islam. Pemilihan diksi “Kyai” diuraikan pula sehingga sesuai momentum dan kekuatan untuk bergerak bersama sesuai yang diharapkan. Beberapa kali Ketua DPW LDII DIY ini juga menekankan pentingnya menasehati, mengajak (bahkan memerintah) dan melibatkan semua lapisan masyarakat, serta menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pengelolaan lingkungan. Dalil-dalil terkait lingkungan perlu dikajikan sebagai landasan beramal saleh dengan ikhlas (tulus hati) dan mengharapkan rida-Nya.
Berkat pengembangan Kampung ProKlim Sangurejo, relasi antara agama Islam dan pelestarian lingkungan hidup semoga nampak semakin terang benderang. Mari bumi yang hanya satu ini dapat diwariskan lebih bersih lagi, hijau, dan sehat kepada generasi selanjutnya.