Surakarta, jogjakeren.com – Indonesia memiliki potensi sumber energi geothermal atau panas bumi terbesar kedua dunia yakni mencapai 23.965,5 megawatt (MW). Namun baru dimanfaatkan sekitar 9,8 persen dengan kapasitas pembangkit listrik terpasang sebesar 2.342,63 MW dari 16 wilayah kerja (WK).
“Ekonomi Indonesia yang bergantung dengan energi fosil, menjadi kurang efisien dan tidak menguntungkan. Geothermal atau panas bumi menjadi solusi strategis,” kata Anggota DPR RI Singgih Januratmoko usai membuka sosialisasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Syariah Hotel Solo, pada Selasa (19/9/2023) malam.
Menurutnya, Indonesia mampu menjadi negara industri papan atas dengan memanfaatkan geothermal sebagai basis energi industrinya. “Energi panas bumi jauh lebih efisien, meskipun memerlukan modal besar dalam eksplorasi dan instalasi, namun cadangan yang tak terbatas dan termasuk energi baru terbarukan, menjadikannya energi murah,” imbuh Singgih.
Kelebihan geothermal adalah tidak polutif dan tentu saja ramah lingkungan, serta ketersediaannya sangat melimpah, “Indonesia merupakan wilayah gugusan cincin api di dunia, meskipun rentan bencana erupsi gunung berapi. Namun di sisi lain mendapatkan berkah energi panas bumi yang melimpah ruah,” ujar Singgih.
Ia pun mendukung Pertamina Geothermal Energy (PGE), mengelola panas bumi, baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan perusahaan mancanegara. Diketahui, negara-negara maju di Eropa sebelum Perang Rusia-Ukraina, mendapat asupan gas murah dari Rusia sehingga produksi industrinya sangat efisien, “Industri Indonesia bisa setara dengan Eropa sebelum Perang Rusia-Ukraina, bila mampu memaksimalkan energi panas bumi,” pungkasnya.
PGE Pelaku Utama Industri Energi Panas Bumi di Indonesia
Sementara itu, Peneliti dan Kepala Divisi Pengembangan Sistem Corner Institute Yogyakarta, Andi Eswoyo mengatakan Indonesia akan bebas karbon pada 2060, “PGE menjadi pemimpin akselerasi penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan,” ungkap Andi.
Menurutnya, PGE menyadari melestarikan alam merupakan bagian penting dalam menjaga keberlanjutan bumi, “Keberlanjutan merupakan pilar penting dalam operasional PGE. Dengan mengusung tema Energizing Green Future, PGE menjunjung tinggi tanggungjawab lingkungan dan sosial,” tuturnya.
Andi menambahkan, PGE sebagai pelaku utama dalam industri energi panas bumi di Indonesia, memiliki portofolio proyek yang luas dan beragam. Sepanjang 2020, PGE berhasil memproduksi listrik dari sumber energi bersih atau energi terbarukan sebesar 4.618 Giga Watt Hour (GWh), “Angka tersebut naik 14 persen dari target yang ditetapkan perseroan,” imbuhnya.
Dengan teknologi canggih dan tim ahli yang berpengalaman, lanjut Andi, PGE mengelola rantai nilai produksi energi panas bumi mulai dari eksplorasi hingga distribusi. “PGE memiliki kapasitas terpasang secara own operation sebanyak 672 MW dan 1205 MW dari Joint Operation Contract (JOC),” tutur Andi.
Dalam eksplorasi dan proses produksi, PGE menerapkan praktik-praktik terbaik berstandar internasional dalam pengelolaan proyek energi panas bumi, “PGE tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga memperhatikan dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan mereka,” ujar Andi.
Kepedulian tersebut tampak dari upaya PGE untuk melibatkan komunitas lokal, melestarikan lingkungan, serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam secara bertanggung jawab.