Jogjakeren.com – Stigma negatif tentang santri sebagai pewaris kefakiran masih ada saja hingga saat ini. Banyak orang yang meremehkan kapasitas dan kredibilitas santri dalam bekerja atau usaha untuk menjadikan dirinya orang yang mapan. Hal ini membuat Asadin Saputra, lelaki 27 tahun yang akrab di panggil Cak Adin ini merasa miris dengan fenomena tersebut. Ia sendiri pada tahun 2013 pernah menimba ilmu agama di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri selama 2 tahun dan masih aktif mengajar hingga saat ini.
Cak Adin menyampaikan bahwa ia awalnya sama sekali tidak tertarik untuk nyantri atau belajar ilmu agama secara mendalam. Tetapi ia memutuskan untuk mondok setelah mendengar nasehat “Sampean pengen bakti karo wong tua? Nek pengen bekti karo wong tua mondok. Lulus SMA langsung kerjo gajine paling 2-3 juta racukup nggo ngangkat derajat e wong tua. Makane mondok ben iso ngangkat derajat e wong tua ning surga” (Kamu ingin berbakti dengan orang tua? Kalau ingin berbakti pada orang tua, mondok. Lulus SMA langsung kerja gajinya sekitar 2-3 juta, tidak cukup untuk mengangkat derajatnya orang tua. Makanya mondok supaya bisa mengangkat derajatnya orang tua di surga).
Selama mempelajari ilmu agama ia mendapatkan banyak nasehat. Salah satunya dari Wicak, pengajar di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri. “Jadi penyampai jadi mubalig itu diusahakan mandiri, dibarokahkan waktunya dari subuh sampai dzuhur jangan sampai nganggur, dibuat untuk usaha,” katanya saat itu.
Itulah semangat yang diterapkan Cak Adin sepulang dari mondok. Untuk menjadikan waktunya barokah, setelah subuh ia bekerja sebagai loper koran. Setelah selesai mengantarkan koran, ia bekerja di CV. Multi Bakti biro jasa kelistrikan sampai siang hari dan dilanjutkan mengajar hingga malam.
Selama bekerja itu ia rutin melewati tukang bolang baling dan menjadi langganan di sana. Kemudian ia teringat dengan nasehat “kalau bisa kita nyantrik” (ikut orang dengan niat cari ilmu untuk membuka usaha sendiri). Akhirnya ia memberanikan diri untuk belajar ilmu membuat bolang-baling dan cakwe selama 1,5 tahun. Barulah ia meminta izin membuka usaha sendiri sebagai modal untuk membangun kemandirian dan menikah.
Dari usaha-usah yang ia tekuni, akhirnya ia bisa mendaftar haji pada tahun 2019. Selama menjalani masa tunggu 24 tahun, ia mendapatkan rezeki lagi dan bisa berangkat umrah pada September 2022 ini. Tidak berhenti disitu, ia juga memiliki keinginan bisa menjadi penyampai atau mubalig yang sarjana dan sarjana yang mubalig. Ia memiliki niat melanjutkan studi untuk meningkatkan kapasitas dan kredibilitasnya sebagai mubalig.
Tak lupa, Cak Adin juga berpesan kepada para generasi muda khususnya santri. “Jangan takut untuk mondok karena saat kalian berjuang untuk agama Allah, Allah akan menata hidup kalian termasuk masa depan kalian. Santri perlu menjaga ilmunya dan ke-mubalig-kannya karena menjadi mubalig dan penyampai itu kontraknya bukan setahun dua tahun tetapi seumur hidup. Semakin lama semakin paham dan bisa mengambil hikmah,” tuturnya.






Masyaallah 🥺 semoga barokah untuk kedepannya dan bisa memotivasi semua orang 😇🙏