Mahasiswa PKM-PM UGM Berdayakan Waria, Inovasi Wayang Sampah Plastik Berbasis QR Code

PKM PM UGM
Mahasiswa PKM-PM UGM memberdayakan waria melalui pembuatan wayang sampah plastik.

Jogjakeren – Tim Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Wansaplas UGM berinovasi melakukan pemberdayaan waria di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta dalam pembuatan wayang sampah plastik berbasis QR code sebagai media pembelajaran. Pondok pesantren tersebut terletak di dusun Calenan, RT 9/RW 2, Jagalan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

Program pemberdayaan ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan keterampilan kepada waria. Harapannya dengan keterampilan tersebut, mereka dapat meningkatkan kreativitas yang mereka miliki untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Hal tersebut dilakukan karena dalam kehidupan sehari-hari, waria sering mendapatkan perlakuan yang berbeda (diskriminasi) akibat status sosial yang dimiliki dan dianggap sebagai anomali manusia sehingga menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan lapangan pekerjaan yang wajar.

Di sisi lain, tidak jauh dari pondok pesantren tersebut terdapat Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) terbesar di Yogyakarta yaitu TPST Piyungan yang setiap harinya menampung sampah plastik. Dengan jumlah sampah kantong plastik yang sangat banyak, tentunya akan menimbulkan permasalahan lingkungan seperti pencemaran air maupun pencemaran tanah.

Bacaan Lainnya

Oleh sebab itu, tim PKM-PM Wansaplas UGM yang beranggotakan Leony Vita Artanti (Fakultas Teknologi Pertanian/FTP), Muhammad Najmi Mumbada (FTP), Roykhana Purwita (FTP), dan Al-Viyah Rahmaidah (FMIPA) menggagas sebuah ide untuk memanfaatkan sampah kantong plastik menjadi sebuah barang yang memiliki nilai ekonomis dan membawa banyak manfaat bagi masyarakat luas. Dibimbing oleh dosen pendamping Dra. Eko Tri Sulistyani, M.Sc., ide dimaksud adalah pembuatan media pembelajaran berupa wayang yang terbuat dari sampah kantong plastik dengan basis QR code.

Media pembelajaran berupa wayang dipilih karena bersifat interaktif dan dapat melatih kemampuan public speaking. Wayang tersebut akan dikemas dan dilengkapi dengan QR code yang merupakan tautan untuk membuka referensi cerita yang dapat dimainkan dengan menggunakan wayang sampah plastik. Hal ini diciptakan untuk mengikuti era digitalisasi dan juga demi kemudahan konsumen dalam mengakses dan menyimpan resferensi cerita secara praktis. Ide ini akan diwujudkan melalui sebuah program yang diterapkan sebagai kegiatan wirausaha.

Pemberdayaan ini telah dilakukan sejak 1 Juni 2021 dan saat ini telah berhasil menyelesaikan tahap produksi wayang sampah plastik berbasis QR code. Program ini berhasil mendapatkan pendanaan PKM-PM oleh Kemenristek Dikti tahun 2021. Nantinya, produk tersebut akan dipasarkan melalui media sosial dan marketplace.

Pelatihan Daring dan Luring

PKM PM UGM
Pelatihan pembuatan wayang sampah plastik secara daring melalui zoom.

Al Viyah, salah satu anggota PKM mengungkapkan proses pembuatan wayang ini cukup mudah, tidak membutukan kemampuan khusus, dan hanya menggunakan sedikit bahan. Sehingga program ini dapat diikuti dengan mudah oleh masyarakat mitra. “Metode pembuatan wayang ini terbilang sederhana dan dapat diikuti dengan mudah oleh mitra. Bahan yang diperlukan juga hanya sampah plastik, kertas, stiker pola wayang, lem, resin, dan katalis,” tuturnya.

Untuk membantu proses pemberdayaan tersebut tercapai, tim PKM-PM Wansaplas UGM memberikan pelatihan secara daring dan luring kepada mitra. Pelatihan dilakukan mulai dari tahap persiapan, tahap produksi, hingga tahap pemasaran. Pelatihan secara daring dilakukan melalui zoom dengan menggunakan media pelatihan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, sedangkan pelatihan secara luring dilakukan secara langsung di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Menurut Eko, selama ini waria di mata masyarakat terkadang terpinggirkan dan dipandang sebelah mata. Seolah-olah apa yang ada di dalam diri mereka selalu tidak benar dan tidak pantas. Siapa tahu dengan adanya program pemberdayaan waria lewat mahasiswa PKM ini dapat menggali ide-ide kreatif mereka dan dapat memberikan peluang usaha. “Sehingga jika pelatihan ini ditekuni menjadi usaha yang produktif untuk menghasilkan wayang plastik.  Di sisi lain, waria juga dapat mempunyai profesi sebagai pendongeng yang dapat mendongeng pada acara tertentu atau di sekolah TK dan PAUD,” jelas dosen yang juga aktif membimbing KKN-PPM UGM.

Apresiasi Ketua Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta

Sinta Ratri, selaku ketua Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta memberikan apresiasi yang setinggi tingginya kepada tim Wansaplas UGM atas ide dan gagasan yang telah diberikan. Sehingga program tersebut dapat merangkul para waria yang jarang mendapat perhatian dalam program semacam itu. Dengan adanya program pemberdayaan tersebut pihak mitra mengaku mendapatkan banyak pelatihan yang dapat dijadikan bekal untuk membuka peluang usaha mandiri.

Wayang sampah plastik yang telah berhasil diproduksi juga dapat bermanfaat sebagai media pembelajaran bagi kelompok-kelompok belajar pada tingkat pendidikan dasar. Sinta Ratri juga mengucapkan terimakasih kepada tim Wansaplas UGM yang sudah dengan sabar dan tekun membimbing teman-teman waria. “Semoga hal ini dapat menjadi inspirasi untuk komunitas yang lain, atau mahasiswa-mahasiswa lain untuk terus mengembangkan ide dan kreativitasnya,” harap Sinta.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *