Sleman, Jogjakeren.com — Demi menumbuhkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya karakter kuat dan landasan spiritual dalam meraih kesuksesan, PPG Insan Mulia menggelar seminar bertajuk “Building Character, Chasing Scholarship: Because Strong Character Leads to Great Opportunities”. Puluhan mahasiswa angkatan 2023 hingga 2025 terlihat antusias mengikuti kegiatan yang berlangsung Aula Gedung SOR pada Minggu (26/10/2025) ini. Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Ustaz Solechan Arbaa, Dr. Pipin Kusumawati, S.Pi., M.Biotech., dan Anwar Rovik, S.Si.
Dalam pembukaannya, Ustaz Solechan menekankan pentingnya menjadikan ilmu agama sebagai fondasi utama kehidupan mahasiswa. “Kemampuan dan semangat mahasiswa akan sia-sia apabila tidak ditolong Allah. Kalau ingin mendapat pertolongan-Nya, maka utamakan ibadah dan urusan agama,” pesannya. Ulama Pondok Pesantren Kutubusittah ini memaparkan bahwa manusia akan mudah terpengaruh dengan teman dekatnya, sehingga menyarankan mahasiswa agar senantiasa memilih dan memilah teman yang baik.
Selanjutnya, ia juga mengingatkan agar mahasiswa tidak terjebak pada godaan dunia, termasuk pergaulan bebas dan pengaruh buruk lingkungan. “Jangan sampai mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu selalu mempengaruhi untuk mengerjakan kejelekan-kejelekan dengan ajakan yang halus, digiring sedikit demi sedikit,” ujar Ustaz Solechan.
Dalam materi “Chasing Scholarship” Anwar Rovik menekankan pentingnya mempersiapkan diri sejak dini untuk menghadapi persaingan beasiswa, terutama bagi mahasiswa yang bercita-cita melanjutkan studi ke jenjang S2 atau S3. Ia menjelaskan bahwa program beasiswa seperti LPDP berperan besar dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045.
“Kita masih memiliki rasio master dan doktor yang rendah dibandingkan negara lain. Maka dari itu, untuk mahasiswa yang ingin melanjutkan studi supaya mempersiapkan diri. Kita harus sama-sama menyadari bahwa pendidikan ini betul-betul berdampak besar terhadap perkembangan sebuah negara. Program beasiswa yang disediakan itu adalah bentuk upaya pemerintah dalam mewujudkannya,” jelasnya.

Dalam sesi seminar, Rovik menjelaskan jenis beasiswa LPDP, proses pendaftaran, hingga tips mempersiapkan diri meraih beasiswa. Ia turut menjelaskan perbedaan antara fully funded dan partially funded beasiswa bagi peserta yang berminat mendaftar kedepannya. Pengurus Kalurahan LPDP UGM 2024 ini juga menegaskan pentingnya komitmen penerima beasiswa dalam menyelesaikan studi dan mengabdi kepada negara setelah lulus.
Dalam sesi terakhir, Dr. Pipin Kusumawati membahas perubahan kehidupan dari siswa SMA menjadi mahasiswa melalui materi “Culture Shock?! Let’s Change Our Mindset!”. Perubahan tersebut menuntut generus meningkatkan kemandirian, kedisiplinan, serta kemampuan beradaptasi. Menurutnya, mahasiswa harus menyadari adanya culture shock dalam dunia perkuliahan, mulai dari perubahan sistem belajar, tanggung jawab pribadi, hingga tekanan akademik.
“Saat SMA, sekolah dijadwal sama setiap harinya, jadi tubuhnya terbiasa mengikuti by schedule, tapi ketika perkuliahan berbeda. Kemudian, urusan makanan, pakaian, keuangan, jadwal mengaji, saat SMA tidak terlalu dipikirkan, tetapi saat jadi anak kos semua akan kita pikir sendiri. Maka, saat peralihan dari masa SMA ke mahasiswa, kalian akan mengalami culture shock,” terangnya.
Dosen STIPRAM Yogyakarta tersebut menjelaskan bahwa mahasiswa perlu memiliki growth mindset agar tidak mudah menyerah dalam menghadapi kegagalan. Ia juga menyoroti pentingnya karakter seperti keberanian mengambil risiko, disiplin, dedikasi, inovasi, dan keteguhan. “Orang yang sukses bukan yang tidak pernah gagal, tapi yang tetap berjuang meskipun sudah tahu dirinya bisa saja gagal,” ujarnya.
Nilai Spiritual dan Karakter Jadi Penentu Kesuksesan
Rovik mengungkapkan bahwa tantangan terbesar dalam proses seleksi beasiswa adalah bersaing dengan diri sendiri. Tantangan ini ia rasakan sebagai pekerja aktif yang harus mempersiapkan diri mendaftar beasiswa LPDP di tengah kesibukannya. “Tantangan terberat dalam proses mendapatkan beasiswa LPDP adalah bersaing dengan diri sendiri. Kita betul-betul harus mengoptimalkan diri dengan berbagai persiapan yang terbatas waktu,” paparnya.
Selain itu, menurutnya, bagian paling menantang dalam seleksi LPDP adalah menyusun esai yang mampu merepresentasikan nilai dan kontribusi sosial calon penerima beasiswa. “Sebagian dari pelamar beasiswa terlalu fokus pada dirinya sendiri, misalnya terlalu membanggakan prestasi pribadi. Padahal, pemberi beasiswa juga menilai karakter, ketangguhan, dan kontribusi terhadap masyarakat,” tambahnya.
Sementara itu, Dr. Pipin menekankan bahwa membangun karakter merupakan bekal utama mahasiswa untuk menghadapi masa depan. “Selama kuliah, kita harus membekali diri dengan karakter yang baik sesuai nilai-nilai luhur. Itu nanti akan membentuk diri kita yang lebih unggul dibandingkan yang tidak pernah mendapatkan character building,” tuturnya.
Ia juga menilai bahwa karakter yang kuat akan memudahkan seseorang beradaptasi di berbagai lingkungan dan menjadi pribadi yang lebih tangguh. Menurutnya, seseorang yang mudah berpikir negatif akan membuatnya sulit berkembang. “Semua itu tergantung pada kemauan, kalau dari awal mindset kita sudah gampang menyerah, maka itu menjadi pembatas peningkatan kemampuan kita, di situ terus,” tegasnya.
Melalui seminar ini, PPG Insan Mulia berharap mahasiswa tidak hanya fokus mengejar prestasi, tetapi juga memperkuat nilai-nilai spiritual, moral, dan sosial. Tiga hal tersebut akan menjadi pondasi utama kesuksesan. “Mahasiswa harus sukses dunia untuk menunjang sukses akhirat. Gunakan duniamu untuk masuk surga,” tutup Ustaz Solechan.





