Sleman, Jogjakeren.com – H. Akmaludin Akbar, M.Psi. atau yang lebih akrab dipanggil Kak Akmal adalah seorang penyampai motivasi yang telah sering kali menyampaikan motivasinya kepada para pemuda. Ia lulusan S2 Magister Psikologi membagikan kisah hidupnya yang penuh inspirasi tentang resiliensi dan semangat untuk bangkit dari masa-masa sulit.
Berkesempatan menyampaikan motivasi di acara Akrab Muda pada Sabtu (26/10/2024) lalu. Akmal menyampaikan kisah inspiratif tentang bagaimana caranya menggapai cita-citanya. Ia mengungkapkan bahwa dirinya memiliki impian untuk kuliah jurusan psikologi sejak kelas 3 SMP.
Hal itu tidak lepas dari pengalaman pahitnya sebagai korban perundungan sejak kecil. Salah satu momen yang membekas adalah ketika ia dikalungi silet oleh teman sekolah hanya demi uang Rp100. Namun, di tengah kesulitan, ia menemukan titik balik di akhir masa SMP. “Saya mulai belajar untuk bisa menghormati dan mempercayai diri sendiri jika ingin dihormati dan dipercaya oleh orang lain,” kenangnya.
Dalam materinya, Akmal menjelaskan pentingnya resiliensi, yaitu kemampuan untuk bangkit dari kesulitan, frustasi, dan kemalangan. Menurutnya, mahasiswa menghadapi berbagai tekanan, baik akademis, sosial, maupun ekspektasi dari media sosial. Maka penting sekali mahasiswa bisa meresiliensi dirinya agar tetap waras dalam menjalani hidup.
Akmal memberikan tips agar tetap kuat dalam menghadapi masalah hidup. “Mengupayakan untuk bisa mengelola stress dan bisa bersikap baik pada diri sendiri adalah kunci agar tetap tegar dalam menjalani hidup,” ujar Akmal.
Menurut Akmal cara mengelola stres dapat dilakukan dengan cara memahami 4 maqodirullah yaitu bersyukur atas nikmat, istirja’ ketika mendapat musibah, bersabar menghadapi cobaan, dan bertobat atas kesalahan. Selain itu memperbaiki kualitas salat sebagai wujud penghambaan kepada Allah dan minta segala sesuatu kepada Allah.
Hidup adalah proses sehingga membutuhkan kesabaran, selayaknya mie instant, walaupun berlabel instant namun tetap membutuhkan proses dalam pengolahannya. Kemudian bisa bersikap baik pada diri sendiri dengan menerapkan menulis jurnal untuk meluapkan emosi dan refleksi diri.
Memvisualisasikan keinginan dengan jelas dan spesifik, sehingga tujuan hidup menjadi lebih terarah. Termasuk dalam menyadari bahwa setiap individu memiliki kelemahan dan kelebihan. “Yang terpenting adalah bersyukur atas apa yang dimiliki dan nikmat yang diberikan oleh Allah,” tuturnya.
Akmal menekankan bahwa kebahagiaan tidak ditentukan oleh kekayaan, kepintaran, atau penampilan. “Bahagia adalah ketika kita bisa mensyukuri kehidupan dan menyadari bahwa semua yang diberikan Allah adalah yang terbaik,” ujarnya. Ia mengajak mahasiswa untuk tidak minder dengan kekurangan, melainkan terus berusaha hingga mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Dalam wawancara Akmal menyampaikan pesan khusus kepada mahasiswa Jogja untuk tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan sebagai mahasiswa Jogja. “Fokuslah pada impian dan manfaatkan setiap event untuk pengembangan diri,” pesannya.
Ia juga menekankan pentingnya memilih lingkungan pertemanan yang baik. Sebagai seorang introvert, Akmal mengaku belajar berteman dengan orang-orang yang dapat mendukung cita-citanya. Hal ini membawanya hingga pernah menjadi kepala laboratorium psikologi.
Kisah Akmal menjadi pengingat bahwa setiap orang memiliki masa lalu, tetapi fokus utama haruslah pada masa depan. “Jangan biarkan masa lalu menghalangi langkahmu. Jadikan setiap kegagalan sebagai batu loncatan menuju kesuksesan,” tutupnya penuh semangat.
Seminar ini meninggalkan kesan mendalam bagi para mahasiswa, menginspirasi mereka untuk terus berjuang dalam menghadapi tantangan hidup.