Jogjakeren.com – Yogyakarta menjadi tempat wisata favorit anak muda yang terkenal dengan kayanya varian kuliner. Mulai dari makanan khas yang menggugah selera, jajanan pasar dan kudapan yang unik, hingga tempat makan yang tak kalah menarik. Salah satu jenis kuliner yang ikonik bagi kota Yogyakarta adalah kopi. Siapa yang tak kenal dengan Kopi Jos, kopi khas Yogyakarta yang penyajiannya menggunakan arang panas yang dicelupkan langsung ke dalam gelas kopi.
Dewasa ini, kopi menjadi primadona tersendiri yang membuat banyaknya kedai kopi muncul di Yogyakarta. Saat kamu berkunjung di kota ini, hitung saja berapa kedai kopi yang bisa kamu temui dalam 1 jalan raya. Istilah kedai kopi sendiri memiliki banyak jenis, seperti coffee shop dan/atau kafe. Pada tahun 2017 saja, jumlah kedai kopi di Yogyakarta sudah menyentuh angka 1.200 kedai dengan berbagai macam konsep. Tempat yang disajikan juga semakin nyaman, baik untuk bercengkerama dengan teman, mengerjakan tugas, hingga tempat untuk pertemuan skala kecil pekerja kreatif.
Menu yang disajikan pun tidak hanya berbagai jenis kopi, namun juga mulai merambah minuman kombinasi teh, susu, dan jus buah. Untuk makanan pendampingnya sendiri terdiri dari berbagai jenis gorengan, kue, roti, mi instan, dan masih banyak lagi lainnya. Dari semua perkembangan kedai kopi tersebut, apakah kedai kopi termasuk dalam budaya baru? Lalu, bagaimana dampaknya terhadap gaya hidup masyarakat Yogyakarta?
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Elly Herlyana, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kedai kopi atau kafe jelas sudah memengaruhi gaya hidup masyarakat, terutama golongan anak muda. Maraknya kafe di Yogyakarta menjadi bukti tingginya minat penduduk kota terhadap ruang publik sebagai tempat mengaktualisasi diri. Secara langsung hal ini menjelaskan fenomena anak muda yang cenderung bersifat impulsif karena mengikuti tren yang ada tanpa memahami esensi atau manfaat dari kegiatan tersebut.
Tren kafe ini bukanlah hal yang baru karena masyakarat Kota Yogyakarta sudah sejak dulu mengenal angkringan. Kedai kopi tradisional yang bahkan hingga kini masih banyak berdiri. Penggemarnya pun relatif masih setia menikmati kopi dan jajanan yang disediakan. Jadi, kehadiran banyak coffee shop modern tidak menyurutkan keaslian budaya asli Yogyakarta.
Meskipun begitu, gaya hidup penggemar kafe dan menunya yang modern juga memunculkan nilai atau sisi positif. Kehadiran kafe yang semakin unik dan memiliki tema atau konsep yang beragam, secara tidak langsung membuktikan bahwa pasar ekonomi keratif di Yogyakarta sangat berkembang. Begitu juga tantangan yang harus dihadapi oleh para pelaku bisnis. Bagi kamu penggemar kopi dan kegiatan nongkrong, Yogyakarta harus menjadi destinasi tujuan.