Gunungkidul (20/11) – Gunungkidul, Yogyakarta kembali menjadi perhatian setelah fenomena ribuan ulat jati bergelantungan di pohon dan melayang di udara membuat warga heboh. Video viral yang memperlihatkan ribuan ulat memenuhi pohon jati ini menciptakan rasa ngeri sekaligus penasaran. Meski terlihat menyeramkan, fenomena ini sebenarnya sudah menjadi peristiwa musiman di wilayah tersebut.
Ribuan Ulat Jati Bergelantungan Bikin Pengendara Merinding
Viralnya video ulat jati di Instagram memicu beragam reaksi netizen. Dalam video tersebut, terlihat seorang perempuan menangis ketakutan di bawah pohon jati yang dipenuhi ulat-ulat kecil. Sementara itu, pengendara motor yang lewat terlihat berhenti dan berusaha menyingkirkan ulat-ulat dengan ranting pohon.
Fenomena ini memang sering terjadi setiap musim hujan, terutama ketika kelembapan udara tinggi. Ulat-ulat jati memanfaatkan benang yang mereka hasilkan dari tubuhnya untuk berpindah tempat atau melindungi diri dari predator. Pemandangan ini kerap membuat bulu kuduk merinding, tetapi sebenarnya ulat-ulat tersebut tidak berbahaya.
Apakah Ulat Jati Berbahaya?
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata Gunungkidul, Supriyanta, memastikan bahwa ulat jati tidak berbahaya. “Ini fenomena musiman yang biasa terjadi. Meski tidak berbahaya, kontak langsung dengan ulat bisa menyebabkan iritasi atau alergi pada kulit bagi orang yang sensitif,” jelasnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk menghindari menyentuh ulat atau daun yang tampak memiliki ulat. Selain itu, pengguna jalan yang melewati kawasan pohon jati disarankan untuk menggunakan pakaian yang menutupi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, dan helm untuk mengurangi risiko kontak dengan ulat.
Ulat Jati dan Hubungannya dengan Musim Hujan
Fenomena ulat jati di Gunungkidul sangat erat kaitannya dengan siklus alam. Pohon jati memiliki kemampuan menggugurkan daun saat musim kemarau untuk mengurangi penguapan air. Ketika musim hujan tiba, daun-daun baru mulai tumbuh, menciptakan kondisi ideal bagi ulat jati untuk berkembang biak.
“Begitu daun jati rimbun, ulat-ulat ini akan muncul,” kata Hari, seorang warga Gunungkidul. Ulat-ulat ini akan terus bergelantungan dan memakan daun-daun jati hingga akhirnya berubah menjadi kepompong dan kupu-kupu dengan warna sayap yang indah.
Ulat Jati yang Bisa Dimakan dan Dijual
Meski terlihat mengerikan bagi sebagian orang, ulat jati juga memiliki sisi unik. Beberapa warga Gunungkidul memanfaatkan ulat jati yang sudah menjadi kepompong, atau biasa disebut ungkrung, untuk dikonsumsi.
Menurut Edy Suryanto, warga Kecamatan Ngawen, ungkrung memiliki rasa gurih yang khas. “Biasanya ungkrung digoreng dengan bawang putih dan garam. Rasanya sangat enak untuk pendamping sarapan,” ujarnya. Selain dikonsumsi sendiri, ungkrung juga dijual dengan harga mencapai Rp70 ribu per kilogram.
Warga biasanya mulai mencari ungkrung pada pagi hari di bawah daun-daun jati yang berguguran. Ungkrung juga sering ditemukan bergelantungan di pohon jati. Meski dianggap menjijikkan oleh sebagian orang, ungkrung memiliki kandungan protein tinggi yang baik untuk tubuh.
Tips Melintasi Kawasan yang Dipenuhi Ulat Jati
- Gunakan Helm dan Pakaian Tertutup
Pastikan tubuh terlindungi dengan baju lengan panjang, celana panjang, dan sepatu tertutup. - Hindari Kontak Langsung
Jangan menyentuh ulat atau dedaunan yang ada ulatnya untuk mencegah iritasi pada kulit. - Bawa Alat Sederhana
Membawa ranting atau alat sederhana untuk membersihkan ulat yang mungkin jatuh di pakaian atau kendaraan Anda.
Fenomena ribuan ulat jati bergelantungan di Gunungkidul memang terlihat mengerikan, tetapi tidak berbahaya jika dihadapi dengan langkah yang tepat. Ulat jati ini adalah bagian dari siklus alam yang menjadi pemandangan unik di musim hujan. Bagi warga lokal, fenomena ini bahkan menjadi sumber penghasilan tambahan melalui pengumpulan dan penjualan ungkrung.
Jika Anda melewati kawasan hutan jati saat musim hujan, tetap waspada dan ikuti tips yang disarankan agar perjalanan Anda tetap aman dan nyaman.