Sleman, Jogjakeren.com– Berbagai universitas di Yogyakarta yang tergabung dalam Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) menggelar Akrab Muda 2024 diadakan pada 26-27 Oktober 2024 di Youth Center, Yogyakarta. Acara tersebut dilaksanakan untuk mempererat keakraban mahasiswa baru tahun ajaran 2024. Tujuannya memperkenalkan mahasiswa baru dengan budaya khas Yogyakarta agar lebih mudah beradaptasi dengan nilai-nilai yang berlaku di kota budaya ini (27/10/2024).
Acara ini menghadirkan Gus Suryo, sosok yang dikenal luas sebagai pendakwah dan budayawan. Gus Suryo adalah seorang pendekar beladiri Asad sejak tahun 1992 dan sosok yang dipercaya menjadi Kasatria Pangeran Diponegoro, simbol penghormatan terhadap warisan budaya Yogyakarta. Gus Suryo adalah narasumber utama pada acara Akrab Muda 2024 dengan materi bertemakan “Penggabungan Tiga Sukses Generus dengan Budaya Jogja”. Tiga Sukses Generus ini meliputi berakhlak mulia (berbudi pekerti), berilmu (alim dan faqih), serta mandiri.
Setibanya di acara, Gus Suryo disambut oleh alunan gamelan dan suara sinden yang diputar melalui speaker, menciptakan suasana khas Jogja. Sambutan tersebut menyimbolkan penghormatan kepada sosok tamu istimewa. Gus Suryo membuka sesi materi dengan bahasa Jawa, memperkenalkan diri dan menyapa peserta dengan salam khas. Namun, menyadari bahwa peserta berasal dari berbagai daerah di Indonesia, ia kemudian beralih ke bahasa Indonesia agar semua mahasiswa dapat mengikuti materi dengan baik.
Di awal materinya, Gus Suryo mengajak para peserta melakukan tepuk pramuka bersama sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah Pramuka di Jogja. Ia menjelaskan bahwa Sultan Hamengkubuwono IX, Sultan Yogyakarta, dikenal sebagai “Bapak Pramuka” yang berjasa dalam pengembangan gerakan Pramuka di Indonesia. Ini menjadi pengantar untuk mengenalkan nilai-nilai luhur budaya Jogja yang akan disampaikannya.
Mengusung tema adaptasi budaya, Gus Suryo menyampaikan pentingnya bagi mahasiswa untuk memahami unggah-ungguh. Tata krama khas Jogja yang menekankan keramahan dan sopan santun. Ia meminta mahasiswa yang berasal dari luar Jogja untuk mengangkat tangan. Hampir 50% peserta mengaku berasal dari luar wilayah ini. Gus Suryo menjelaskan bahwa di Jogja, bersikap ramah adalah hal yang penting. Termasuk membiasakan diri menyapa orang dengan senyum, salam, dan bahasa yang sopan. “Minimal, ketika bertemu orang, kita bungkukkan badan dan katakan ‘monggo’ sebagai tanda hormat,” tuturnya.
Selain penjelasan, Gus Suryo juga mengajak peserta mempraktikkan tata krama dalam kehidupan sehari-hari. Ia memilih salah satu mahasiswa baru untuk mencoba mempraktikkan tata cara berbicara dan bersikap ketika berinteraksi di lingkungan Jogja. Termasuk cara berperilaku saat membawa minuman di atas nampan dan tata cara meletakkan gelas. Menurutnya, setelah meletakkan gelas di depan orang lain, orang Jogja akan mengucapkan “monggo” sebagai tanda keramahan dan penghormatan.
Selanjutnya, Gus Suryo memperkenalkan pentingnya menata sandal saat memasuki ruangan, sebuah kebiasaan yang diwariskan oleh Sultan Agung sebagai bentuk adab dan penghormatan. Menurut Gus Suryo, budaya ini mencerminkan ajaran kesopanan yang melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jogja. Diharapkan dapat diadopsi oleh mahasiswa baru selama mereka tinggal dan menuntut ilmu di Jogja.
Sebagai penutup, Gus Suryo menekankan bahwa memahami dan mempraktikkan nilai-nilai budaya Jogja akan menjadi bekal penting bagi mahasiswa baru. Ia berharap agar mahasiswa mampu menjunjung nilai budi pekerti, menjaga keakraban dengan sesama dan membangun sikap mandiri selama berada di perantauan.
Menjelang waktu Ashar, Gus Suryo harus segera berpindah lokasi ke Taman Pintar untuk memenuhi agenda lainnya. Di sana, ia dijadwalkan mengisi podcast bertemakan budaya dan mendampingi Kanjeng Gusti Adipati Karya di Balai Kota. Kepercayaan yang diberikan padanya sebagai Kasatria Pangeran Diponegoro menegaskan pengaruh besar Gus Suryo dalam pelestarian budaya dan penyampaian nilai-nilai luhur kepada generasi muda, terutama mahasiswa baru yang akan menjadi bagian penting dari masyarakat Jogja selama masa studi mereka.
Melalui acara ini, para mahasiswa baru diharapkan tidak hanya mendapatkan ilmu dan wawasan baru, tetapi juga terinspirasi untuk terus menjunjung tinggi nilai budaya Jogja, menjadi generasi yang berakhlak mulia, berilmu, serta mandiri, sekaligus mempererat keakraban dengan sesama mahasiswa dari berbagai latar belakang.