Pakaian Sebagai Labelling

Pakaian Labelling
Ilustrasi pakaian perempuan (Foto: bukalapak)

 “Pantes aja sifatnya ga bener, orang pakaiannya aja kebuka kaya gitu”.

“Cantik sih, tapi sayang pakaiannya kaya ibu-ibu mau pengajian”.

“Jadi perempuan itu harus kalem, lemah lembut, terus pakaianya yang sopan, jangan pakai pakaian yang kebuka, kaya kurang bahan aja”

Jogjakeren.comKita sering mendengar seseorang mengucapkan salah satu dari kalimat di atas yang ditujukan pada perempuan, baik dari teman, keluarga, tetangga, atau bahkan orang yang belum kita kenal sebelumnya. Mungkin awalnya kita menganggap kalimat tersebut hanya kalimat biasa, dan sesekali sukses menjadi bahan candaan. Namun lambat laun kalimat tersebut ternyata cukup mengganggu. Dimana yang awalnya kalimat tersebut hanya sebagai bahan candaan, namun kini menjadi patokan atau penilaian terhadap fisik dan bagaimana pribadi sesorang harus berlaku.

Kasus ini hampir dirasakan setiap orang, khususnya pada perempuan. Kebanyakan dari kita mengartikan sikap tersebut sebagai labelling. Menurut A Handbook for The Study of Mean Health, labelling merupakan pemberian definisi kepada orang lain yang kemudian dijadikan sebagai identitas.

Dari situlah penilaian tersebut dianggap sebagai karakter seseorang tanpa melihat satu persatu perilaku secara keseluruhan. Tentu saja sangat tidak fair ketika diri kita langsung dinilai selintas lewat penampilan luarnya saja. Apalagi jika labelling tersebut memberikan gelar yang buruk, dan membawa dampak negatif bagi personalnya.

Namun sudah dijelaskan bahwa cara berpakain yang baik menurut Islam yaitu, sebagai penutup aurat, untuk menjaga kesehatan, dan untuk menjaga keindahan. Dalam berpakaian manusia memiliki kebebasan, akan tetapi harus tetap berpedoman pada etika berpakaian yang baik. Dalam masalah aurat, Islam telah menetapkan bahwa aurat laki-laki adalah antara pusar sampai kedua lutut. Sedangkan bagi perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.

Pakaian merupakan penutup tubuh untuk memberikan proteksi dari bahaya asusila, memberikan perlindungan dari sengatan matahari dan terpaan hujan, sebagai identitas seseorang, sebagai harga diri seseorang, dan sebuah kebutuhan untuk mengungkapkan rasa malu seseorang. Dalam Islam sendiri, pakaian dinilai mampu mengangkat derajat manusia. Selain itu juga menjadi nilai keindahan, berpakain juga untuk memenuhi perintah Allah SWT untuk menutup aurat.

Dahulu, pakaian wanita berhijab adalah pakaian yang menutup aurat, dan juga longgar sehingga tidak membentuk lekuk tubuh. Namun saat ini, pasti orang-orang menyebut pakaian tersebut sudah kuno karena tidak mengikuti perkembangan zaman atau tidak modis.

Saat ini muncul pakaian you can see atau sejenis tanktop, crop top, pakaian yang ketat, dan masih banyak lagi. Yang uniknya pada zaman sekarang, semakin sedikitnya bahan yang digunakan dan semakin ketat pakaian tersebut, justru harganya menjadi semakin mahal. Dan juga model hijab yang kurang sempurna, contohnya hijab yang tidak menutup dada.

Sekarang banyak kaum wanita terutama muslimah yang berlomba-lomba untuk memakai pakaian yang katanya modis tersebut. Contohnya, saat ini banyak wanita muslimah yang memakai baju yang ketat dan tipis (manset), atau memakai celana yang ketat dan tipis (legging), dan anehnya mereka juga menggunakan hijab. Sebernarnya tidak ada yang aneh, namun menurut syari’at Islam cara berpakaian tersebut kurang etis saat digunakan, karena sama saja tidak memakai pakaian (telanjang).

Padahal sudah dijelaskan dalam Islam, bahwa cara berpakaian yang baik yaitu yang tidak ketat (tidak membentuk lekuk tubuh), tidak tipis, dan tidak menyerupai lawan jenis. Namun aturan tersebut sepertinya dihiraukan oleh mereka. Padahal mereka tahu, bahwa cara berpakain tersebut dilarang dalam Islam.

Cara berpakaian yang seperti itu (ketat, tipis, membentuk lekuk tubuh) bisa memicu timbulnya fitnah dan tindak asusila yang sering terjadi di media cetak, elektronik, atau bahkan kita pernah melihat atau mengalaminya sendiri.

“Pantes aja sifatnya ga bener, orang pakaiannya aja kebuka kaya gitu”.

Menurut sudut pandang saya kalimat tersebut memang benar adanya, karena kadang saya menilai seseorang dari cara mereka berpakaian. Rata-rata orang yang menggunakan pakaian yang terbuka memang memiliki sifat yang kurang baik (namun tidak semua seperti itu). Sekarang coba kita logika, jika orang tersebut memiliki sifat yang baik, pasti mereka bisa membedakan mana yang baik dan kurang baik. Contoh dalam berpakaian, pasti mereka bisa membedakan pakain yang pantas dan tidak pantas saat digunakan. Karena menurut saya, pakaian adalah salah satu penggambaran identitas seseorang dan harga diri seseorang.

“Cantik sih, tapi sayang pakaiannya kaya ibu-ibu mau pengajian”.

Pasti kita juga banyak menjumpai anak muda yang memakai gamis, dress, rok, namun malah dinilai layaknya ibu-ibu mau berangkat pengajian. Padahal cara berpakaian yang beginilah yang sebenarnya diajarkan dalam Islam, yaitu tidak ketat, tidak tipis, dan tidak membentuk lekuk tubuh. Namun cara berpakain tersebut untuk saat ini pasti dianggap kuno atau tidak mengikuti perkembangan zaman.

“Jadi perempuan itu harus kalem, lemah lembut, terus pakaianya yang sopan, jangan pakai pakaian yang kebuka, kayak kurang bahan aja”.

Menurut sudut pandang saya, kalimat tersebut juga benar adanya. Sejak zaman dahulu sampai sekarang seperti yang kita tahu bahwa perempuan itu harus memiliki sifat kalem, lemah lembut, memiliki tutur bahasa yang baik, dan berpakaian secara baik dan sopan, serta mempunyai rasa malu. Namun di zaman sekarang, pakaian yang kurang bahan justru dianggap pakaian yang wow dan modis, padahal kenyataannya adalah tidak.

Oleh karena itu, dalam berpakaian kita harus selalu mengingat bahwa tujuan kita berpakaian adalah untuk melindungi diri dan meutup aurat. Ketika kita menggunakan pakaian yang ketat maka akan menimbulkan fitnah dan banyak kejahatan atau tindak kriminal yang mengincar kita.

Kita harus bisa memilih dan memilah cara berpakaian yang sesuai dengan syariat Islam, sebagaimana yang dianjurkan yaitu tidak ketat (tidak membentuk lekuk tubuh), tidak tipis, dan tidak menyerupai lawan jenis. Dalam berpakaian juga dianjurkan untuk tidak terlalu berlebihan, dan perlu memperhatikan kesederhanaan. Karena kesederhanaan adalah sebagian dari iman.

Oleh Erwin Kusumastuti

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *