Sleman, Jogjakeren.com – Berkat penelitian dan inovasi bidang pemuliaan pohon, pada saat ini jati, pinus dan beberapa jenis pohon tropika lainnya berhasil tumbuh spektakuler. Pertambahan riap (volume pohon per satuan waktu) terus membesar. Di balik kesuksesan itu semua, ternyata para pakar pemuliaan pohon UGM bekerja dengan tekun dalam sepi. Prof. Mohammad Na’iem bersama (almh.) Prof. Dr. Oemi Hani’in Suseno dan (alm.) Prof. Dr. Ir. Soekotjo telah berhasil memelopori pengembangan pemuliaan pohon dan program breeding di Indonesia.
Dahulu kala hasil penebangan pohon jati biasa pada akhir daur dengan rerata umur 40 tahun hanya mencapai 68,7 meter kubik per hektar. Sementara itu, setelah penemuan klon jati unggul yang secara komersial dikenal sebagai Jati Plus Perhutani (JPP) I dan II, hasilnya menjadi berlipat ganda. Saat penebangan JPP berumur 14 tahun dengan diameter 21 cm dapat mencapai volume kayu 137 meter kubik per hektar. Sementara itu, rerata produktivitas getah pinus konvensional hanya 6 gram per pohon per hari. Sedangkan, jenis unggul pinus bocor getah menghasilkan 19 gram per pohon per hari.
Capaian peningkatan produktivitas tersebut sejalan dengan harapan bisnis Perum Perhutani. Perum Perhutani telah menanam jati unggul hasil pemuliaan seluas 483.720,7 hektar dari keseluruhan seluas 1,2 juta hektar kelas perusahaan jati. Adapun kebun pangkas jati unggul tersebar di 25 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) dengan 350.000 indukan berkapasitas produksi sekitar 35 juta bibit per tahun. Pihaknya pun mengelola sekitar 2,4 juta hektar hutan di Pulau Jawa yang meliputi hutan produksi dan hutan lindung.
“Sebagai salah satu upaya peningkatan bisnis perusahaan maka diperlukan peningkatan produktivitas masing-masing produk bisnis melalui riset pemuliaan pohon dan pengembangan tanaman,” ungkap Endung yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.
Hal ini terungkap dari pemaparan Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perum Perhutani, Endung Trihartaka dalam Seminar Nasional “Implementasi Pemuliaan Pohon dalam Mendukung Perhutanan Sosial dan Kelestarian Pengelolaan Hutan Indonesia” di Wisma MM UGM, Kamis (16/5/2024). Presentasi Endung berjudul “Kontribusi Pemuliaan dalam Peningkatan Aktivitas Hutan Tanaman Perhutani”.
Seminar Nasional ini bertepatan dengan Purna Tugas Guru Besar Bidang Pemuliaan Pohon UGM, Prof. Dr. Ir. Mohammad Na’iem, M.Agr.Sc. Nampak hadir pula Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ir. Dyah Murtiningsih, M.Hum., mantan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Prof. Dr. Ir. San Afri, M.Sc., Sekretaris Utama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Dr. Ir. Ayu Dewi Utari, M.Si., Sekretaris Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Dr. Ir. Mahfudz, MP., Sekretaris Jenderal APHI, Ir. Purwadi Soeprihanto, S.Hut., M.E., Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Ir. Sigit Sunarta, S.Hut., MP.,M.Sc., Ph.D., IPU., Dekan Fakultas Vokasi Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Ir. Muh. Restu, M.P., dan tamu undangan lainnya.
Dalam pidato purna tugasnya yang berjudul “Perkembangan Ilmu Pemuliaan Pohon dalam Meningkatkan Produktivitas dan Menjaga Kelestarian Pengelolaan Hutan”, Prof. Mohammad Naiem menjelaskan bahwa program pemuliaan pohon jati diawali pada tahun 1981 melalui eksplorasi pencarian 600 pohon plus jati ke seluruh ras lahan di Indonesia, baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Sifat unggulnya berupa batang kayunya lurus dari pangkal sampai ujung sehingga volumenya akan lebih besar. Kemudian mulai 1997 dilakukan pembangunan plot-plot uji keturunan half-sib (1997-2003), uji klon (1998-2008), kebun pangkas, serta kebun benih semai dan kebun benih klon.
“Hasil koleksi pohon plus jati tersebut kemudian kami uji keturunan dan uji multi lokasi untuk menguji performance setiap pohon plus terseleksi dari berbagai wilayah Perum Perhutani di Jawa,” ungkap Prof. Mohammad Naiem.
Menurutnya pula pembangunan kebun pangkas dan perhutanan klon secara masif bertujuan untuk memeroleh hasil pertumbuhan jati yang seragam dengan produksi kayu yang tinggi.
Selain pemapanan uji genetik beberapa jenis pohon hutan, lulusan Universitas Tsukuba Jepang (1985-1992) ini membangun pula hutan jati prospektif (JAPRO), hutan untuk produksi pangan (Integrated Forestry Farming System), dan hutan tanaman meranti prospektif. Rintisan lainnya adalah fasilitas penelitian pemuliaan pohon Laboratorium Isozim Fakultas Kehutanan UGM, Balai Besar Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta, Pusat Pemuliaan Pohon Jati (P3J) Cepu, dan Hutan Pendidikan Wanagama Yogyakarta.
Selamat purna tugas Prof. Naiem!