Sleman, Jogjakeren.com – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) LDII Sleman mengadakan acara Rama Shinta yang bertujuan memberikan wawasan serta pembekalan mengenai persiapan menikah, baik dari perspektif psikologi maupun agama. Diselenggarakan di Masjid Al Fattah Kadirojo 2 Purwomartani Kapanewon Kalasan Kabupaten Sleman, pada Minggu (1/12/2024). Acara tersebut berhasil menarik perhatian 145 peserta putri LDII berusia 23 tahun ke atas yang belum menikah.
Dibuka oleh Nadia Fauzia, S.KG. sebagai MC acara dan mengundang Ustadzah Atina Catur Fauziati dan dr. Tika Prasetiawati, Sp.KJ. sebagai pemateri acara ini. Mengambil tema “Persiapan Pernikahan: Panduan untuk Membangun Keluarga yang Harmonis” pemateri memberikan wawasan mendalam mengenai kesiapan menikah baik dari segi eksternal maupun internal. “Sebelum menikah, penting bagi pasangan untuk membahas segala hal yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga. Seperti rencana finansial, tempat tinggal dan bagaimana keluarga besar akan berperan dalam kehidupan mereka,” ujar Ustadzah Atina Catur Fauziati atau yang akrab dipanggil Ustadzah Izza.
Menurut Ust. Izza ketika ingin membangun rumah tangga sangat penting menekankan komunikasi yang baik dan diskusi antara pasangan juga keluarga. Terutama dalam hal kesiapan menerima anggota baru, masalah finansial dan pengaturan rumah tangga. “Menikah bukan hanya soal perasaan, tetapi soal kesiapan fisik, mental dan finansial untuk membangun kehidupan bersama,” pungkasnya.
Ia juga mengingatkan tentang pentingnya kematangan spiritual, mental, dan emosional. Ust. Izza berpesan kepada seluruh peserta supaya mementingkan persiapan spiritual dengan mendekatkan diri kepada Allah untuk menjaga ketenangan batin dalam menghadapi pernikahan.
dr. Tika Prasetiawati, Sp.KJ. yang juga sebagai dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSA UGM berbicara mengenai kesiapan mental dalam pernikahan. “Menikah adalah komitmen jangka panjang. Jangan biarkan ekspektasi yang tidak sesuai menghancurkan kebahagiaan rumah tangga,” ungkapnya. Ia menekankan pentingnya kesiapan mental dan emosional untuk menghadapi tantangan yang ada setelah pernikahan. dr. Tika juga memberikan tips praktis tentang bagaimana mengatasi keraguan dan kecemasan yang sering muncul sebelum dan selama pernikahan.
Acara ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk berbicara tentang kekhawatiran mereka mengenai pernikahan. Kemudian dijawab langsung oleh dr. Tika dari prespektif ilmu psikologi dan Ust. Izza dari prespektif ilmu agama. Salah satu peserta bernama Arista, memberikan masukan berharga mengenai pentingnya persiapan matang sebelum menikah. Ia menyarankan agar pasangan mempersiapkan diri dengan baik melalui komunikasi yang sehat dan belajar dari pengalaman orang lain. Tujuannya agar bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi setelah menikah.
Selain itu, Ust. Izza dan dr. Tika juga berbagi tips tentang bagaimana menjaga keharmonisan rumah tangga setelah menikah. Serta pentingnya kesepahaman dalam menghadapi setiap masalah yang datang. “Komunikasi yang baik dan saling mendukung dalam membangun rumah tangga yang penuh berkah adalah kunci untuk menjalani pernikahan yang langgeng,” ujar Ust. Izza.
Selain mengundang peserta putri, kurang lebih sebanyak 100 peserta putra juga mengikuti acara tersebut. Dengan materi yang dibedakan sesuai dengan permasalahan dikalangan laki-laki tentang pra nikah. Materi yang disampaikan sangat relevan dan memberikan pandangan komprehensif mengenai pernikahan, baik dari sisi agama maupun psikologi. Peserta sangat antusias untuk bertanya dan mendapatkan tips tentang persiapan menikah dan membangun hubungan yang langgeng setelah menikah.
Menikah adalah menjalankan fitrah kita sebagai makhlukNya. dr. Tika berharap generasi sekarang tidak takut untuk menikah. Jangan terpengaruh dengan standar ganda dari budaya yang tidak terbentuk dari media sosial. “Jadikan role model dalam pernikahan keluarga Rasulullah yang selalu mau belajar dan beradaptasi untuk menciptkan keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah,” pesannya.
Tak hanya materi keilmuan pra nikah saja yang diberikan di acara Rama Shinta tahun ini, tetapi juga game keakraban untuk peserta putra dan putri. Walaupun cuaca sempat hujan, antusiasme peserta tetap luar biasa. “Acara ini diharapkan dapat membantu setiap peserta dalam mempersiapkan diri untuk menikah dengan keilmuan yang telah didapatkan dari materi yang telah disampaikan. Serta dapat mengakrabkan peserta putra dan putri untuk saling mengenal,” kata Thesa Sandika Bidari salah satu panitia.