Bekal Pra Nikah, Ketua LDII DIY Latih Manajemen Keuangan Keluarga

Manajemen Keuangan
Penyuluh Agama Kantor Kementerian Agama Sukoharjo, KH. Mukhtar Hartanto (tengah) sedang menyampaikan materi manajemen keuangan keluarga, didampingi Ketua DPW LDII DIY, Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., (kiri) dan moderator Apt. Okha Ferdiyan Putra, S. Farm. (kanan)

Jogjakeren.com – Sebanyak 300-an santri dan generasi muda menghadiri Seminar Management Financial “Mempersiapkan Manajer Keuangan yang Baik untuk Keluarga” di Poondok Pesantren Barokah Bendosari, Kota Sukoharjo, Minggu (10/10/2021).

Seminar sebagai bekal pra nikah ini menghadirkan tiga narasumber di antaranya Ketua DPW LDII DIY, Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., founder@imotocakery (imoto cake and bakery), Jumiati, S.Pd., dan Penyuluh Agama Kantor Kementerian Agama Sukoharjo, KH. Mukhtar Hartanto.

Di hadapan peserta yang hadir luring, Atus meminta untuk betul-betul memanfaatkan waktu mudanya. Hal ini dalam rangka menyiapkan bekal yang cukup untuk menyongsong pernikahan. Berdasarkan pengalamannya, usia pra-nikah antara 19-30 tahun memiliki banyak kelebihan, namun sekaligus pula kelemahan.

Bacaan Lainnya

“Mumpung masih muda, kekuatannya paling strong, sehat, trengginas, dan waktunya longgar (estelo) agar dimanfaatkan untuk menabung ketrampilan kehidupan sebanyak-banyaknya. Minimal semangat mewarisi ketrampilan ayah dan ibunya masing-masing. Walau biasanya, generasi muda belum pandai memanajemen waktu dan sedikit memiliki uang,” kata Atus yang juga sebagai task force Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (DPKM) UGM.

Dosen Fakultas Kehutanan UGM ini pun mengharapkan para santri untuk rajin dan sungguh-sungguh beramal sholih di dalam ponpes, serta memperbanyak nyantrik atau magang di tempat usaha warga sekitar ponpes untuk mempercepat kemandirian.

Sebelum dibelanjakan, menurut Jumiati, dana pendapatan seyogyanya dikurangi terlebih dahulu dengan zakat, infak dan sedekah. ZIS ini merupakan kewajiban umat Islam dan diperuntukkan bagi kepentingan umat. Untuk itu, wajib ditunaikan pertama kali.

“Pendapatan kita langsung dikurangi zakat, infak dan sedekah dulu. Sisanya menjadi pendapatan bersih untuk dibelanjakan dengan bijak supaya barokah,” jelas Jumiati.

Pada saat menggunakannya, dana pendapatan harus dikendalikan pengeluarannya sesuai kebutuhan (need). Caranya dengan menjaga gaya hidup melalui pengetatan skala prioritas dan bukan sekedar hanya keinginan belaka (want). Untuk itu, setiap penggunaan dana harian senantiasa dicatat di dalam buku kas.

“Kita perlu konsisten mencatat, telaten dan sabar, karena itu akan berguna untuk mengetahui berapa total pendapatan, total pengeluaran dan saldo di akhir bulan,” ungkap Jumiati, yang menekuni pula usaha homestay dan rumah belajar Pendowo Puspa Yogyakarta. Sebelumnya, selama 4 tahunan mengajar bahasa di Jepang, dia pun mencatat semua pendapatan dan pengeluarannya, serta berhasil berinvestasi dalam bisnis rumah kos.

Acara yang dimoderatori oleh Apt. Okha Ferdiyan Putra, S. Farm. ini ditutup oleh nasehat KH. Mukhtar Hartanto. Penyuluh Agama KUA Grogol sekaligus Ketua Pembina Ponpes Barokah ini meminta semua peserta yang hadir untuk mengamalkan manajemen keuangan keluarga dan terus menambah ketrampilan hidup. Dengan demikian, saatnya nanti berani menikah, maka jangan takut-takut melamar.

Akan tetapi ketika saat ini masih belum siap menikah, maka jangan berani-berani untuk mendekatinya karena riskan melakukan kemaksiatan. “Menikahlah sesuai tuntunan Quran Hadits agar memperoleh barokahnya pernikahan,” pesannya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *