Mahasiswa KKN UGM Ciptakan Solusi Inovatif dengan Teknologi Rainwater Harvesting Sederhana untuk Rumah Tangga

Rainwater Harvesting
Mahasiswa KKN PPM UGM ciptakan solusi inovatif dengan teknologi rainwater harvesting sederhana.

Magelang, jogjakeren.com – Inovasi teknologi “Rainwater Harvesting” yang dikembangkan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Gadjah Mada (UGM) di Desa Ngadiharjo, Magelang, mencerminkan komitmen mereka untuk mendukung beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Salah satu pencapaian konkret adalah terwujudnya SDGs 6 tentang Air Bersih dan Sanitasi.

Dengan memanfaatkan teknologi ini, masyarakat di Desa Ngadiharjo dapat meningkatkan akses mereka terhadap air bersih. Sifatnya yang terjangkau dan mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat juga menggambarkan kontribusi terhadap SDGs 9 yang berfokus pada Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. Peralatan seperti ember plastik sebagai tangki penyimpanan air hujan menunjukkan inovasi dalam infrastruktur air yang ekonomis. Selain itu, inovasi ini mendukung SDGs 11 tentang Kota dan Komunitas Berkelanjutan dengan memberdayakan masyarakat untuk menerapkan teknologi ini secara mandiri di rumah mereka.

Rainwater Harvesting adalah teknologi pengumpulan dan penyimpanan air hujan yang jatuh dari langit-langit atau atap untuk dimanfaatkan dalam kebutuhan irigasi tanaman, penyediaan air bersih, dan mengurangi ketergantungan pada pasokan air PAM atau sumur bor sehingga bisa menghemat air. Inovasi pembeda dari teknologi yang dikembangkan oleh KKN UGM terletak pada desainnya yang sederhana, murah, dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Mahasiswa KKN memilih bahan-bahan yang mudah didapat dan teknologi yang tidak memerlukan keahlian khusus untuk perakitan dan pengoperasiannya.

Bacaan Lainnya

Dalam upaya menciptakan inovasi sederhana dan terjangkau dalam teknologi “Rainwater Harvesting,” mahasiswa KKN UGM mengusulkan langkah-langkah pemasangan yang memudahkan implementasi di berbagai lapisan masyarakat. Pertama, sebagai alternatif tangki penyimpanan air hujan yang biasanya mahal, mahasiswa merekomendasikan penggunaan ember plastik. Langkah ini tidak hanya ekonomis, tetapi juga mempermudah akses bagi seluruh komunitas.

Kedua, untuk menyaring air hujan dari kotoran dan kontaminan, mahasiswa mengusulkan pembuatan filter sederhana dengan menggunakan kain saring atau karung pasir. Langkah ini menjadikan proses pengumpulan air lebih efisien dan bersih. Terakhir, dengan menghadirkan pengaturan aliran manual, mahasiswa menunjukkan pendekatan yang ramah lingkungan tanpa memerlukan teknologi sensor yang mahal. Sebaliknya, pengguna dapat mengelola aliran air secara manual melalui keran sederhana. Dengan langkah-langkah ini, inovasi Rainwater Harvesting tidak hanya menjadi solusi praktis untuk kebutuhan air bersih, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan aksesibilitas teknologi bagi semua.

Masyarakat setempat telah memberikan dukungan positif terhadap teknologi rainwater harvesting sederhana ini. Untuk memperluas dampaknya, mahasiswa KKN berencana menyelenggarakan pelatihan terhadap komunitas dan mengajak lebih banyak warga untuk mengadopsi teknologi ini. “Inovasi penampung air hujan ini sangat membantu saya dan keluarga untuk menghemat penggunaan air PDAM. Saya menggunakan air yang terkumpul dari inovasi tersebut untuk mencuci piring, mencuci kendaraan dan menyiram tanaman-tanaman saya,” ucap Tuti.

Mishbah, sebagai penanggung jawab pembuatan teknologi, berharap dapat menginspirasi semua warga melalui inovasinya untuk mencontoh dan mengaplikasikan teknologi penyimpanan air hujan tersebut di rumah masing-masing. Melalui tindakan kecil ini, ia meyakini bahwa kita semua dapat ikut berperan dalam menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan dan bersama-sama mengatasi permasalahan kekurangan air bersih.

Inovasi sederhana ini tidak hanya menciptakan dampak langsung dalam memenuhi kebutuhan air bersih, tetapi juga membuka peluang untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya berkelanjutan.

 

Oleh: Aushaf Mishbahuddin, David Kurnia Wardana, dan Najzwa Hanifah

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *