Sleman, Jogjakeren.com – Banyaknya stereotipe negatif yang beredar di masyarakat tentang eksklusifnya LDII membuat beberapa mahasiswa UIN Sunan Kalijaga (UIN Suka) tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang hal tersebut. Mahasiswa yang tergabung dalam program studi Pendidikan Agama Islam ini mengunjungi Pondok Pesantren Mulyo Abadi naungan DPD LDII Sleman, pada Minggu (19/5/2024) lalu. Kunjungan penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan memahami lebih dalam mengenai Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) sekaligus menguji kebenaran stereotipe negatif yang beredar di masyarakat.
Didampingi oleh Ketua DPW LDII DIY, Ir. Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., IPU. dan Ketua DPD LDII Kabupaten Sleman, Suwarjo, S.I.P., M.Si., mahasiswa dari mata kuliah Multikultural ini berkeliling area pondok untuk mengamati kegiatan santri dan berinteraksi langsung dengan para santri. Rombongan mahasiswa berjumlah tujuh orang ini diketuai oleh Nur Khikam dan beranggotakan Chamida Kameliyatin Nada, Dwi Masyithah, Aunila Fia Maulidiya, Nailannuha Masni, Nizar Syihabudin, serta Nur Mahmudah.
“Banyak pandangan negatif tentang LDII. Tetapi, setelah melakukan eksplorasi ternyata anggapan dari luar itu belum tentu kebenarannya. Ketika mendapatkan suatu kabar atau berita tentang LDII, mungkin mereka harus observasi secara langsung. Jangan langsung menyimpulkan sendiri,” tutur salah satu mahasiswa saat diwawancara. Melalui interaksi langsung dan observasi, mereka menyadari pentingnya untuk tidak langsung menyimpulkan sesuatu tanpa pengetahuan yang mendalam. Diskusi awal dengan Ketua DPW LDII DIY di Kalasan telah membuka jalan untuk eksplorasi lebih lanjut dan mendalam mengenai LDII.
Pembuktian Stereotipe Negatif
Salah satu mahasiswa mengungkapkan bahwa setelah melaksanakan kegiatan ini, mereka menemukan bahwa tak satupun dari stereotipe tersebut yang terbukti. “Sebelum melakukan eksplorasi ini, kami juga memiliki stereotipe tertentu. Namun, setelah mengetahui lebih banyak ternyata kami menemukan bahwa LDII sangat terbuka dan ajaran-ajarannya diimplementasikan dengan baik,” ujarnya.
“Salah satu stereotipe yang paling sering kami dengar di masyarakat adalah tentang praktik sholat di masjid LDII dan keberadaan plang masjid LDII. Kenapa, sih, harus ada plang khusus di masjid LDII?” ungkap mahasiswa yang lain. Setelah masuk dan mengeksplorasi langsung, mereka mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai alasan di balik hal tersebut. Penelitian ini membuka wawasan mereka dan menunjukkan bahwa banyak hal yang mereka anggap negatif atau aneh sebenarnya memiliki penjelasan yang logis dan masuk akal.
Sebagai tanda terima kasih dan apresiasi, mahasiswa UIN Suka menyampaikan buah tangan yang telah mereka siapkan kepada pengurus pondok pesantren kutubus sittah. Kegiatan diakhiri dengan sesi foto bersama untuk menandakan kebersamaan dan hubungan baik yang telah terjalin.
Pengalaman ini menunjukkan betapa pentingnya melakukan eksplorasi langsung dan berdialog untuk memahami suatu komunitas atau organisasi. Stereotipe dan prasangka bisa sangat menyesatkan jika tidak diimbangi dengan pengetahuan yang benar dan interaksi langsung. Kegiatan penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan baru bagi para mahasiswa, tetapi juga mengajarkan pentingnya keterbukaan dan toleransi dalam memahami keberagaman dalam masyarakat.
Tingkatkan budi luhur krn dengan yang ringan dan terbuka masyarakat akan tau dan tertarik