Sleman, Jogjakeren.com – Pencak silat merupakan salah satu seni bela diri yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Bagi Gus Suryadi, Ketua Padepokan Satriatama, Turi, Sleman, pencak silat tidak hanya sekadar olahraga atau seni bertarung, tetapi sebuah warisan leluhur yang mengandung nilai-nilai luhur. Dalam wawancara, ia membahas pentingnya pencak silat sebagai sarana pembentukan karakter bagi generasi muda, serta usahanya menggabungkan seni bela diri dengan elemen tari tradisional untuk menciptakan sesuatu yang baru dan lebih apik.
Menurut Gus Suryadi, ide untuk menggabungkan pencak silat dengan Tari Badui datang dari kebanggaannya terhadap warisan leluhur. Ia mengungkapkan bahwa Yogyakarta memiliki warisan budaya yang kaya dan salah satu upayanya untuk melestarikan budaya tersebut adalah dengan menggabungkan dua elemen seni ini.
“Tari Badui pada dasarnya adalah gerakan olah tubuh yang muncul di era 1960-an sebagai respons terhadap situasi politik dan sosial saat itu. Tari ini terinspirasi dari gerakan prajurit Kesultanan Yogyakarta. Menggabungkan Tari Badui dengan pencak silat adalah cara kami untuk memperkuat nilai-nilai budaya ini, sekaligus menciptakan pertunjukan yang lebih menarik dan relevan bagi generasi muda,” jelas Gus Suryadi.
Melalui kolaborasi ini, Gus Suryadi berharap bahwa masyarakat akan lebih memahami bahwa seni tradisional seperti pencak silat dan tari bukan hanya sekadar bentuk hiburan, tetapi juga sarana untuk membangun pribadi yang tangguh dan berkarakter.
Dalam upaya mewariskan pencak silat kepada generasi muda, Gus Suryadi menekankan pentingnya memperkenalkan seni bela diri ini sebagai bagian dari budaya, bukan ajang kekerasan. Ia menyadari bahwa banyak orang yang salah paham dan menganggap pencak silat sebagai bentuk tawuran atau perkelahian. Untuk itu, ia dan timnya berusaha mengubah pandangan tersebut.
“Kami selalu menekankan bahwa pencak silat adalah warisan leluhur kita. Ini bukan tentang tawuran atau kekerasan, melainkan cara untuk mengolah tubuh agar sehat, serta menanamkan nilai-nilai kesabaran dan pengendalian diri. Melalui pencak silat, kami berharap generasi muda bisa lebih menghargai dan menjaga warisan budaya ini,” ujar Gus Suryadi.
Ia juga menambahkan bahwa pencak silat bukan hanya seni bela diri, tetapi juga sarana untuk membentuk karakter yang kuat, sabar, dan penuh pengendalian diri. Dengan mempelajari pencak silat, seseorang tidak hanya belajar untuk bertarung, tetapi juga untuk menahan diri dan menghormati orang lain.
Sebagai bagian dari komitmen terhadap pelestarian budaya, Gus Suryadi bersama timnya aktif mengedukasi generasi muda, khususnya di Dusun Sangurejo agar tertarik untuk belajar pencak silat. Salah satu metode yang digunakan adalah dengan menunjukkan keindahan gerakan pencak silat sebagai bagian dari seni pertunjukan.
“Kami sampaikan bahwa ini adalah warisan dari simbah-simbah kita dan pencak silat ini lebih kepada menjaga diri. Kalau orang sudah tahu ilmunya untuk memukul atau menyakiti, harapannya mereka justru akan lebih bijak dan tidak menggunakan ilmu tersebut untuk hal-hal negatif,” jelasnya.
Dengan pendekatan yang bijaksana dan penuh makna, Gus Suryadi berharap pencak silat dan seni tari Badui dapat semakin populer di kalangan generasi muda dan menjadi bagian integral dari kehidupan mereka, tidak hanya sebagai olahraga tetapi juga sebagai bentuk pelestarian budaya.