Bupati Sleman: Perlu Dicontoh, Peserta Musda LDII Memakai Batik Sinom Parijotho

Pembukaan Musda VII LDII Sleman oleh Bupati Sleman (Minggu, 05/12/2021)

Jogjakeren.com – Motif batik khas Sleman dipilih sebagai perwujudan rasa cinta dan bangga akan potensi alam di Kabupaten Sleman. Batik parijotho dikenakan oleh peserta Musda VII DPD LDII Kabupaten Sleman di pendopo rumah dinas Bupati Sleman, pada Minggu (5/12/2021) pagi.

“Atas nama pemerintah maupun pribadi, saya menyambut baik atas terselenggaranya Musda VII LDII Kabupaten Sleman. Perlu dicontoh, ini peserta Musda LDII Sleman memakai batik sinom parijotho,” ujar Dra. Hj. Kustini Sri Purnomo yang disambut dengan tepuk tangan peserta Musda.

Kegiatan Musyawarah Daerah (Musda) Lembaga Dakwak Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Sleman ini ditujukan untuk memilih pengurus DPD periode 2021-2026. Selain itu, juga menyusun rencana program kerja DPD LDII Sleman ke depannya.

Bacaan Lainnya

Organisasi LDII telah lama mencanangkan 8 program pengabdian untuk negeri yakni kebangsaan, keagamaan, pendidikan, ekonomi syariah, pertanian dan lingkungan hidup, kesehatan dan pengobatan herbal, teknologi Informasi, serta Energi Baru Terbarukan (EBT). “Usaha kreatif batik ini bisa mendukung sub bidang ekonomi, lingkungan hidup, serta pembedayaan SDM,” ujar Ir. Harjanto, ketua panitia pelaksana Musda VII LDII Sleman.

Filosofi dibalik motif batik parijotho

Awalnya, Kabupaten Sleman tidak memiliki ciri khas tersendiri, batik yang diproduksi biasanya motif batik Jogja yang bergaya khas kerajaan Mataram. Munculnya motif-motif batik khas Sleman diperkasai oleh Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) yang menyelenggarakan Lomba Desain Batik Khas Sleman pada tahun 2013.

Motif-motif batik khas Sleman ini terinspirasi dari keberagaman flora (tumbuhan), fauna (hewan) dan kondisi alam atau geografis di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Motif parijotho diambil dari nama tanaman parijotho yang dijumpai di lereng Gunung Merapi.

Motif parijotho yang dikombinasikan dengan truntum memiliki filosofi persatuan atau menyatukan masyarakat. Motif parijotho yang digabungkan dengan motif kawung dimaknai sebagai bentuk syukur dan ingat kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Sedangkan, motif parijotho yang dikombinasi dengan motif parang menunjukkan ketegasan dan kebijaksanaan di dalam segala hal.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *