Introspeksi Diri Hadapi Tahun Baru

introspeksi diri
Ilustrasi (Foto: nu.or.id)

Jogjakeren.com – Perubahan zaman mengalami kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luar biasa. Terciptanya banyak kemudahan yang sangat memanjakan manusia hidup di zaman akhir ini. Terlebih teknologi informasi.

Di sisi lain kemerosotan akhlak, mental, moral manusia yang dianggap suatu kemajuan budaya hingga mengubah bahkan menggantikan nilai nilai agama, norma, etika dan budaya bangsa. Kemewahan dan materi menjadi standar kesuksesan. Tidak hanya itu saja bahkan menjadi syarat persahabatan, persaudaraan bahkan kehormatan.

Banyak masalah/persoalan yang belum pernah dihadapi umat manusia sebelumnya. Seperti Jepang misalnya dan negara-negara maju lainnya, mengalami krisis sumberdaya manusia. Hal ini disebabkan terjadinya pergeseran nilai nilai yang didasari pemikiran duniawi semata.

Bacaan Lainnya

Pernikahan dan anak-anak dianggap sebagai beban, sehingga generasi muda enggan menikah. Akibatnya apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya tidak dilaksanakan sedang larangan Allah dan Rasulullah SAW malah dikerjakan dan dijadikan kebiasaan dengan tidak merasa berdosa. Onani, masturbasi, (onani, masturbasi baik cara “tradisional ataupun modern”), homoseks, lesbian dsb. dianggap suatu hal yang wajar untuk dikerjakan bahkan sesuatu yang legal.

Kita muslim harus terus berhati hati dan waspada. Rasulullah SAW telah memberikan sinyal sebagai peringatan. Nabi bersabda, “Layakti alaikum amun (zamanun pada redaksi yang lain) walaldzi ba’dahu syarru minhu“, “Tidak datang suatu tahun/zaman kepada kamu sekalian kecuali tahun/zaman yang akan datang tersebut lebih buruk (keadaannya) dari pada tahun sebelumnya”. Hal itu menunjukkan bahwa kita harus waspada dan terus hati hati dengan perkembangan zaman yang secara agama semakin rusak/ semakin mengerikan.

Kita harus mempunyai benteng keimanan yang kuat untuk menghadapinya. Agar kita tidak terbawa arus dahsyatnya kemaksiatan. Terlebih bagi para generasi muda/generasi penerus (Generus) untuk lebih semangat dalam belajar, mengaji, mencari ilmu, semangat berjuang menempa diri dan semangat beribadah.

Generus Berani Tampil Beda

Generus harus berani tampil beda sebagai muslim yang taat dan tidak mudah terpengaruh, sebagaimana umumnya anak muda di era sekarang. Generus harus berupaya menjadi generasi yang ‘alim-faqih, berakhlaqul karimah dan mandiri. Ini adalah modal untuk eksis menghadapi seleksi keimanan yang demikian ekstrem ini. Generus harus tetap percaya diri (PD) tidak minder, berani tampil beda terus berupaya tetap dalam kebenaran.

Kita orang muslim mustinya menyayangkan kebiasaan menyambut malam tahun baru di berbagai tempat dengan adanya acara-acara yang cenderung maksiat, hura hura maksiat, berfoya-foya maksiat; seperti pergaulan bebas laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya, pesta seks, pesta minum minuman keras dan narkoba dsb, acara acara lain yang jauh dari nilai nilai ajaran agama Islam dan norma budaya Indonesia.

Tahun baru sebaiknya disikapi biasa saja, tidak ada yang istimewa. Justru sebaiknya tahun baru untuk merenung, koreksi diri, mawas diri apa yg sudah kita kerjakan pada satu tahun kemarin. Yang baik, yang manfaat kita lanjutkan, kita upayakan kita tingkatkan kualitasnya di tahun baru ini, sedangkan yang jelek, yang tidak manfaat kita hentikan, kita tinggalkan. Banyak persoalan besar yang dihadapi generasi muda (Generus) sekarang ini, seperti semakin maraknya LGBT, penyalahgunaan narkoba, seks bebas dsb.

Peran orangtua harus selalu waspada dalam mengawasi pergaulan anak-anaknya. Orang tua harus berupaya untuk selalu memperkuat keimanan dan ketaqwaan anak anaknya sebagai wujud melaksanakan amanah yang telah Allah berikan yang kelak akan dipertanggungjawabkan di sisi-Nya.

Orang tua jangan sampai lengah sebagaimana yang digambarkan/dikawatirkan oleh Rasulullah SAW agar dijadikan perhatian; “bahwa di zaman akhir sebagaimana sekarang ini. banyak orang tua yang lebih menyayangi, lebih perhatian pada anjingnya (binatang kesayangannya/pet animal) dari pada kepada anak anaknya”. Demikuan juga anak, “lebih hormat, lebih perhatian, lebih dekat pada temannya dari pada kepada bapaknya/orangtuanya”.

Fenomena ini bisa kita saksikan, sudah muncul saat ini dimana banyak orang tua tidak lagi perhatian pada anaknya; kegiatannya apa? temannya siapa? tidurnya dimana? dsb. Dan anehnya jika anjingnya/kucingnya/burungnya/bintang kesanyangannya hilang/tidak pulang dicari kemana mana, ditanyakan kemana mana, setiap orang yang ditemui ditanya “Apakah melihat anjing saya?” dengan rasa cemas, pada saat yang sama mereka tidak merasa khawatir, tidak peduli tentang keadaan anaknya yang sudah tiga hari/beberapa hari tidak pulang entah kemana perginya? Naudzubillahi min dzalik. Ini banyak terjadi!

Tantangan Generus

Dalam urusan keduniaan, urusan maisyah, urusan pekerjaan/penghidupan banyak bidang-bidang pekerjaan yang dulu dikerjakan oleh manusia sekarang diganti oleh mesin (mekanisasi), oleh komputer (komputerisasi) atau oleh robot (robotisasi). Persaingan hidup menjadi semakin ketat. Ini berarti tantangan bagi Generus untuk memiliki keahlian atau kompetensi sesuai dengan minat dan bakatnya. Belajar dan terus belajar dalam menghadapi perubahan lingkungan yang sangat strategis yaitu perkembangan IPTEK ini. Di era kompetisi ini orang yang memenangkan kompetisi atau bisa mengambil manfaat adalah orang orang yang memiliki kompetensi dan karakter yang baik.

Di zaman akhir ini finansial sangat dibutuhkan untuk kelancaran dan keberhasilan seseorang baik masalah keduniaan maupun urusan ibadah (akhirat). Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. “Idza kana fi aakhiri zamaan la budda linnas fiiha mina darahima wa dannaniiri yuqiimu rajulu bihaa dinahu wa dunyahu“, ketika akhir zaman “tidak boleh tidak” (berarti harus) manusia memerlukan dirham dan dinar yang digunakan seseorang untuk menegakkan agamanya dan dunianya.

Di zaman akhir ini kita sangat butuh uang (finansial) untuk kelancaran. “Kemandirian ” menjadi sesuatu yang wajib bagi Generus. Ilmu yang memadahi tentu akan memudahkan untuk mendapatkan dirham dan dinar; dolar/rupiah yang cukup dengan tidak meninggalkan agamanya/ibadahnya. Tidak cukup sukses dalam karirnya tapi tidak lancar dalam ibadahnya. Tidak cukup kaya tapi tidak lancar agamanya.

Seorang muslim harusnya sukses dunianya dan sukses agamanya. Inilah pentingnya belajar di usia muda. Nabi Muhammad SAW. telah mensyaratkan untuk sukses dunia dan akhirat dengan sabdanya “Man arada dunya faalaihi bi ilmun, wa man aradalakhirah faalaihi bi ilmun waman arada huma faalaihi ilmun“.

Untuk sukses dunia dan akhirat kuncinya adalah ilmu. Saat ini adalah eranya Generus untuk mempersiapkan diri sukses sekolahnya/kuliahnya, mengerti dan faham agamanya. Orang tua, Guru pasti mendukung, mendoakan dan memfasilitasinya.

Jadilah Generus yang alim-faqih, beakhlaqul karimah dan mandiri. Berkarakter jujur, amanat dan mujhidul muzhid (hemat dan efisien) bisa rukun, kompak bekerjasama (kolaborasi) yang baik. Dengan hati yang selalu bersyukur, bersungguh sungguh, selalu ta’dhim dan terus berdoa kepada Allah. Menjadi insan yang profesional religius dan terus berupaya membangun diri, mengembangkan diri untuk bisa bernalar kritis, kreatif, inovatif untuk menghadapi permasalahan dan tantangan hidup; baik sekarang maupun yang akan datang. Ini harus disiapkan. (Akhir tahun 2022_wbroest@).

Oleh: Ketua DPD LDII Kabupaten Gunungkidul, Wahono Budi Rustanto, S.Pd.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *